AQEELA-educare

Ketika negara belum sanggup menjadikan sekolah sebagai wadah pengembangan lifeskill (kecakapan hidup) dan softskill (karakter), para orang tua hendaknya mengambil inisiatif untuk itu.

Kalau di rumah kami, sejak dua minggu lalu, setiap hari minggu anak-anak di rumah termasuk anak tetangga dibuatkan program lifeskill & softskill. Pesertanya dibagi tiga kelompok, 3-5 tahun, 6-10 tahun, 11-14 tahun. Materi juga dibagi dalam 3 level kompetensi. level tertinggi adalah ketika mereka bisa melakukannya di rumah dengan diketahui orang tua.

Kegiatannya sederhana aja. Minggu pertama diajarkan menyapu, mengepel. Minggu ke-dua memasak (nasi, sayur bening, tempe, tahu) dan cuci piring. Minggu ke-tiga rencananya cuci pakaian. dst. Di dalamnya ditanamkan dan didiskusikan nilia-nilai karakter yang mereka dapatkan dari kegiatan menyapu, memasak, dll.

Selain kecakapan dasar yang wajib diketahui oleh anak-anak seperti menyapu, mengepel, memasak, mencuci, menjahit (dasar), menyetrika, bersepeda, dan berenang, mereka juga akan diberikan kecakapan pilihan seperti, menyanyi, puisi mengarang, memanah, menembak, dll (tergantung minat dan kecerdasan masing-masing anak).

Tentu saja ini masih penuh kekurangan dan perlu perbaikan. Rencananya kegiatan ini juga akan berkembang dengan kegiatan brain education dan problem solving. Dan tentu saja, program ini bisa terwujud kalau kita dan tetangga sudah punya kesatuan visi untuk kemajuan anak.

Cara termudah melibatkan anak tetangga adalah dengan melibatkan ibu-ibunya. Bicarakan tentang mimpi kita atas anak-anak kita dan apa saja yang dibutuhkan mereka selain selembar kertas yang bernama Ijazah. Baru setelah itu bicarakan kegiatan sederhana yang bisa dilakukan dengan target awal kami tidak muluk-muluk. Minimal ada pelajaran/kecakapan yang didapatkan dari kegiatan bermain dan berkumpul setiap hari minggunya.